Kamis, 11 September 2008

" Bangkit Dari Keterpurukan "

"Jika Anda mau menerima kegagalan dan belajar darinya, jika Anda mau menganggap kegagalan merupakan sebuah karunia yg tersembunyi dan bangkit kembali, maka Anda memiliki potensi menggunakan salah satu sumber kekuatan paling hebat untuk meraih kesuksesan."
~ Joseph Sugarman

Kehidupan kita tak akan pernah berjalan semulus yang kita pikirkan. Berbagai macam tantangan, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang-orang yang dicintai, disabotase, bangkrut dan lain sebagainya, bisa saja menyeret kita dalam keterpurukan. Bila kita melihat ke sekeliling, begitu banyak orang-orang yang tenggelam dalam keterpurukan dan terjerat cukup lama dalam kegelapan, misalnya menjadi pecandu narkoba, budak hutang dan kemiskinan, korupsi atau melakukan tindak kejahatan lainnya lalu dipenjarakan, dan bentuk kemalangan lainnya.

Bila kita cukup cerdas dalam menghadapi tantangan kehidupan, bermacam bentuk benturan keras seperti itu seharusnya tidak membuat kita semakin terpuruk. Tantangan kehidupan adalah kesempatan untuk introspeksi diri. Benturan keras dalam kehidupan akan menjadikan kita lebih mulia, jika kita segera sadar atas kekeliruan yang telah dilakukan, kelemahan yang harus diperbaiki, kembali menyusun dan melaksanakan rencana dengan lebih baik.

"Remember the two benefits of failure. First, if you do fail, you learn what doesn't work; and second, the failure gives you the opportunity to try new approach. – Ingatlah 2 keuntungan yang kita peroleh dari kegagalan. Yang pertama adalah mempelajari apa yang tidak berjalan dengan baik; dan kedua adalah menjadi kesempatan bagi kita untuk mencoba pendekatan baru," kata Roger Van Oech.

Menurut Roger, tantangan kehidupan adalah bagian dari perjalanan hidup supaya kita menjadi lebih cerdas menghadapi tantangan kehidupan. Tokoh-tokoh terkenal dan sukses, misalnya Walt Disney, Soichiro Honda, Thomas Edison, Wright Bros, Fred Smith, Mohamad Ali, Henry Ford, Bill Gates, Steve Jobs, Oprah Winfrey, Christoper Columbus, Anthony Robins, dan lain sebagainya, sudah pernah mengalami keras dan sakitnya kehidupan. Tetapi semua pengalaman pahit tersebut justru membimbing mereka ke gerbang kesuksesan.

Kesuksesan mereka bukan semata-mata dipengaruhi oleh faktor pendidikan ataupun modal, apalagi faktor kebetulan. Mereka berhasil lantaran kekuatan dan kecerdasan mereka menghadapi tantangan kehidupan. Menurut Paul G. Stoltz, Phd, dalam bukunya berjudul Adversity Quotient (AQ), ada tiga tipe manusia dalam analogi mendaki gunung:

1. Quitters – orang-orang yang mudah menyerah, sehingga kehidupan mereka semakin terpuruk dalam kemalangan.
2. Campers – orang-orang yang mudah puas dengan apa yang sudah dicapai, sehingga kehidupan mereka biasa-biasa saja.
3. Climbers – orang-orang yang selalu optimis, berpikir positif dan terus bersemangat kerja sampai benar-benar mendapatkan yang mereka inginkan.

Contoh dari tipe orang ke tiga adalah orang-orang yang sukses di dunia ini. Selalu memanfaatkan kesempatan untuk maju dan pulih dari keterpurukan adalah ciri khas mereka yang utama. Tak mengherankan jika mereka melalui setiap rintangan dengan tabah, berjuang keras, dan mental yang kuat.

Tantangan kehidupan memang tidak pernah ada habisnya. Tetapi selama kita terus berusaha memperbaiki diri dan strategi ditambah dengan kesadaran spiritual yang lebih dalam, maka kita akan dapat mencapai tujuan tertinggi. "Our greatest glory is not in never falling, but in rising everytime we fail. – Kejayaan tertinggi bukan karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita selalu bangkit lagi ketika gagal," cetus Confucius.

Oleh sebab itu, perbaiki diri terus-menerus, jangan menunggu sampai kemalangan itu benar-benar datang. Mantapkan keyakinan ketika membuat perencanaan dan menetapkan target yang memungkinkan tercapai. Kemudian langsung melakukan langkah-langkah untuk memastikan hasil maksimal, dengan penuh komitmen dan kerja keras, kecintaan dan semangat. Dengan demikian kita akan memiliki kepekaan sekaligus keseimbangan disaat harus menghadapi tantangan kehidupan yang cukup keras.

Mulai detik ini tanyakanlah pada diri sendiri seberapa besar pengaruh positif yang telah Anda dapatkan atas berbagai situasi yang Anda alami? Pastikan tantangan hidup selama ini membawa Anda pada kedewasaan, kebijaksanaan dan kualitas spiritual yang lebih baik. Dengan demikian Anda akan dapat menilai apakah Anda sudah mampu bangkit dan menjadi manusia yang lebih mulia atau belum.

Sumber: Bangkit Dari Keterpurukan oleh Andrew Ho, motivator, pengusaha, dan penulis buku-buku bestseller.

Rabu, 10 September 2008

” Sang Manajer “

Seorang manajer berusia separuh baya, sedang pusing memikirkan hutang-hutang yang harus dilunasinya.


Ia memutuskan untuk menghubungi seorang ahli keuangan.

Dia membuat janji pertemuan dengan seorang perencana keuangan yang berkantor di Jl Thamrin.

Pada hari pertemuan, sang manajer memasuki ruang tunggu kantor perencana keuangan. Anehnya, tidak satupun resepsionis menyambutnya.

Di hadapannya ada dua pintu. Pintu pertama bertuliskan : ‘bekerja untuk orang lain’ dan pintu kedua bertuliskan : ‘bekerja independen’.

Ia memasuki pintu ‘bekerja untuk orang lain’, dan sekali lagi dihadapkan pada dua pintu lagi :

Pintu pertama bertuliskan ‘penghasilan kurang dari Rp. 10Jt’

dan pintu kedua bertuliskan ‘penghasilan lebih dari Rp. 10Jt.

Ia pun memasuki pintu bertuliskan

‘penghasilan kurang dari Rp. 10Jt’.

Ia kembali berhadapan dengan dua pintu.

Pintu pertama bertuliskan ‘menabung kurang dari Rp.36Jt per tahun’ dan pintu kedua bertuliskan ‘menabung lebih dari Rp.36Jt per tahun.’


Ia kembali memasuki pintu pertama. Dan… ia malah berada di luar kantor di Jl Thamrin!!


Manajer tersebut tidak bisa keluar dari masalahnya karena tidak pernah mau mencoba memasuki pintu yang lain.


Sama seperti manajer tersebut, selama kita hanya mau memasuki pintu yang sama dengan yang selama ini kita masuki, maka kita akan selalu berada pada titik dari mana kita memulai sebelumnya.


Jika kita memang menghendaki hasil berbeda, satu-satunya cara adalah bertekad untuk mencoba memasuki pintu yang berbeda.

” Temukan Cinta Anda “

Bila anda tak mencintai pekerjaan Anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja disana.

Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan pekerjaan pun menjadi menggembirakan.

Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja Anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor Anda.

Ini mendorong Anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi.

Bila toh Anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ketempat kerja Anda.

Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga.

Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana , maka cintai apa pun yang bisa Anda cintai dari kerja Anda, tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela.

Bila Anda tak menemukan yang bisa Anda cintai dari pekerjaan Anda, maka mengapa Anda ada di situ ?

Tak ada alasan bagi Anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang Anda cintai, lalu bekerjalah disana.

Hidup hanya sekali, Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus

” Inspirational Story “

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan
satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air
setengah penuh.

Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat
menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.

Setiap Orang Memiliki kekurangan.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air,


“Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya”.


“Mengapa?” tanya si tukang air,


“Mengapa kamu merasa malu?”

“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuat mu rugi.”


Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab,


“Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”


Tuhan sanggup memakai kelemahan kita untuk maksud yang indah. Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi
jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu,


“Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu? tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk dapat menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”


Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri. Kita semua adalah tempayan retak, namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk maksud tertentu. Dimata Tuhan yang bijaksana,
tak ada yang terbuang percuma, Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.


Ketahuilah dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

Selasa, 09 September 2008

” Mana Yang Lebih Hebat “

Kakek meletakkan surat kabar yang ia baca, kemudian menatapku melewati kaca mata plusnya yang tebal.

"Apa itu cerdas?" tanyanya.

"Pandai berpikir." jawabku.

Kakek mengangguk. "Lalu apa itu rajin?"

"Suka bekerja." jawabku lagi.

"Kemarilah." Ia melambaikan tangan agar aku duduk di sisinya. Aku mendekat dan duduk di kursi di sampingnya. Melihat dari dekat wajah kakek yang diukir guratan usia tua, dibingkai sepasang mata teduh yang menyimpan selaksa kebijaksanaan.


"Nah, sekarang katakan, apa yang kau naiki kemarin waktu menuju ke rumah kakek?"

"Mobil."

"Benar, mobil. Apa yang membuatnya bergerak?"

"Mm… Roda."

"Apakah roda hanya dapat melaju lurus ke depan?"

Aku menggeleng. "Tidak, roda dapat berbelok-belok. "

"Mengapa demikian?"

"Karena ada kemudinya." Jawabku lagi. Masih tak memahami apa hubungan semua ini dengan pertanyaanku tadi.

Kakek tersenyum.

"’Roda’ adalah ‘rajin’, karena ia selalu bergerak. Itulah kewajibannya, pekerjaannya, tugas yang harus selalu ia lakukan. ‘Kemudi’ adalah ‘cerdas’, karena ialah yang berpikir, menentukan kemana roda harus berbelok, ke kanan, atau ke kiri."

"Berarti ‘cerdas’ lebih hebat, karena tanpa kemudi, roda tak dapat mengerti kemana harus mengarahkan lajunya!" Aku berseru.

"Begitukah? Jika tak ada roda apakah ia akan tetap hebat? Apa jadinya kemudi tanpa roda, apakah mobil tetap dapat melaju?" Kakek bertanya.

"Berarti… ‘rajin’ lebih hebat. Walaupun tanpa kemudi, ia masih dapat melaju." sahutku ragu-ragu.

"Dan membiarkan mobilnya menabrak segala sesuatu, karena tidak mengikuti alur jalan yang berliku?"

Aku memandang kakek.

"Cucuku… Keduanya tidak akan menjadi hebat, bila berdiri sendiri-sendiri, terpisah, tanpa mau bergabung. Karena kehebatan itu hanya muncul bila mereka saling mendukung dan bekerja sama. Kemudi yang menentukan arahnya, dan roda yang melajukan mobil sesuai tugasnya."

Kakek menatapku, "Kau tahu, apa yang membuat keduanya bekerja bersama?"

Aku menggeleng.

"Pengemudi mobilnya. Yang mengatur kemudi dan roda agar saling mendukung dan berjalan bersama. Bagaimana laju mobilmu, halus atau kasar, menabrak atau lancar, tergantung siapa yang duduk di tempat itu." jawab Kakek.


"Ia adalah hatimu." Telunjuknya terarah ke dadaku.


"Yang mengatur lajunya langkahmu. Dengannya kau memilih, apakah hanya menjadi cerdas, atau hanya menjadi rajin, atau memutuskan mendudukkan keduanya bersisian dan saling melengkapi satu sama lain.


Secerdas apapun seseorang, sebesar apapun idenya, tak akan berguna tanpa kerja keras yang mewujudkannya menjadi nyata.


Serajin apapun seseorang, bila itu dilakukan tanpa pemikiran, hasilnya hanya akan menjadi sia-sia."


Kakek menatapku dengan bijak.

"Jadi, menurutmu, mana yang lebih hebat, menjadi cerdas atau menjadi rajin?"

"Menjadi keduanya." Kataku mantap, dengan senyum lebar membalas senyumnya.


Pencuri Impian

Setiap orang diciptakan di dunia ini sebagai seorang pemimpin. paling tidak ia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. salah satu point penting bagi seorang pemimpin sejati adalah mampu menyadari dan bertanggung jawab atas konsekwensi dari setiap pilihan yang dia buat. lari terhadap konsekwensi dan mencoba menyalahkan orang lain atau keadaan tidak mencerminkan sifat kepemimpinan yang baik. semoga kita mampu menjadi pemimpin yang baik bagi lingkungan kita atau setidak bagi diri kita sendiri dengan menjadi jendral bagi kehidupan kita….


Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari
sangat menonjol dibanding dengan rekan-2nya, sehingga dia seringkali
menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir,
dengan
apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia
ingin
menja di penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia,
Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi
tepukan kepadanya.

Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang
berasal dari
luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat,dan dari tangan dinginnya telah
banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin
sekali
menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut,
bahkan
jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya
kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang
pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis
muda bertanya
"Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda
punya
waktu sejenak, untuk menilai saya menari ? Saya ingin tahu pendapat
anda
tentang tarian saya".
"Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit",jawab sang pakar.

Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu
berlalu
meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah
katapun.

Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar.Si gadis
langsung
berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu.
Dia
menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama
ini
dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar.
Kemudian
dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak
saat
itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu
dengan tiga
orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi
keluarganya,
dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan.

Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu.
Nampak
sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung.
Sang
pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda
dengan
tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara,
ibu ini
membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan
memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih
mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.
Si ibu
bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini
tentang
penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang
silam.
Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung
pergi
meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"
"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah
melihat
tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan
menjadi
penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-2 berhenti
dari
dunia tari", jawab sang pakar.

Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar.
"Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap anda telah mencuri semua
impian
saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya
begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya
memuji
saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa
menjadi
penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!"

Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak …. Tidak, saya rasa
saya
telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggur satu barel
untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidak
harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus.
Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak
saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap
anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi
ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa Anda

Mestinya fokus pada impian Anda, bukan pada ucapan atau tindakan saya.

Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang
bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya
Memotivasimu, bisa pula melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahwa
sebagian besar Pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang
bertumbuh, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya
berhenti. Saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agar hal itu bisa
melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi. Lagipula, pujian itu
sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. Tidak pantas Anda
meminta pujian
dari orang lain".



"Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya
anda pada
waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari,
mungkin
hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia.

Mungkin Anda sakit hati pada waktu itu, tapi sakit hati Anda akan
cepat hilang begitu Anda berlatih kembali. Tapi sakit hati karena

penyesalan Anda hari ini tidak akan pernah bisa hilang selama-lamanya…”.



Fokus Pada Tujuan Yang Pasti

Pada usianya yang ke-34, Florence Chadwick memiliki tujuan untuk menjadi wanita pertama yang berhasil berenang dari Pulau Catalina menuju pesisir California.

Jutaan Orang menyaksikan usahanya tersebut melalui pesawat televise pada tanggal 4 Juli 1952. Florence terlihat berjuang di hamparan lautan yang kelihatannya seperti padang es yang tak bertepi dan yang dikelilingi kabut yang sangat tebal. Begitu tebalnya kabut itu sehingga bahkan ia tidak dapat melihat perahu yang mengawalnya. Ibu dan pelatihnya berada dalam perahu itu sambil terus memberian dorongan dengan berteriak: “Ayo, sedikit lagi sudah hamper sampai !” Florence terus berjuang untuk melawan air laut yang dinginnya menembus kulit sambil menghindari ikan-ikan hiu yang berenang kearahnya. Ikan-ikan hiu itu hanya dapat diusir melalui tembakan senapan.

Hampir 16 jam lamanya Florence berenang tampa henti, hingga suatu saat… ketika jarak yang ditempuhnya tinggal kira-kira 800 meter lagi, Florence menyerah dan minta untuk ditarik ke perahu. Badannya menggigil sampai beberapa saat kemudian ia baru dapat memberikan jawabannya kepada seorang reporter yang menanyakan alasannya berhenti: “Begini, saya tidak mencoba membela diri tetapi seandainya saja saya dapat melihat daratan, mungkin saya akan berhasil”. Yang membuat Florence berhenti bukanlah air laut yang dingin yang menusuk kulit atau kelelahan, melainkan kabut yang menghalanginya untuk melihat tujuannya.

Tetapi, Florence tidak enyerah begitu saja. Dua bulan kemudian ia mencobanya sekali lagi. Kabut di sekelilinginya sama tebalnya seperti dua bulan yang lalu, namun kali ini ia berenang dengan penuh keyakinan sambil membayangkan dengan jelas tujuan yang pasti yang akan dicapainya. Ia tidak bisa melihat dengan matanya, tetapi ia bisa melihat dengan pikirannnya. Dengan pasti ia menggambar dengan pikirannya bahwa dibalik kabut itu pasti ada daratan dan … kali ini ia berhasil! Sekarang Florence Chadwick telah menjadi wanita pertama uyang berhasil menyeberangi selat Catalina melampaui rekor yang telah dibuat oleh seorang perenang pria dengan selisih waktu dua jam. Dan menjai wanita pertama yang berhasil berenang menyeberangi Selat Inggris bolak-balik.

Pesan :

Dalam hidup kita, setiap orang pasti punya tujuan hidup yang harus dicapai. Tetapi sering kali kita berhenti atau menyerah pada ringtangan-rintanga n/ kabut yang membuat kita tidak focus atau tidak bisa melihat lagi dengan jelas tujuan kita yang pasti. Sering kali pada saat kita menyerah, pada saat kita berhenti mengejar tujuan kita.. sebenarnya itu sudah sangat dekat dangan kesuksesan – tujuan kita. Oleh sebab itu, kita harus buat komitmen untuk tetap focus pada tujuan yang pasti, tidak menyerah pada rintangan di depan, miliki keyakinan yang kuat bahwa sukses pasti kita raih, berjuanglah terus maka Anda pasti menjadi pemenangnya.

“Jangan pernah memalingkan mata Anda sedetikpun dari garis finish”

Jadilah orang apa adanya, tapi jangan seadanya! (Inspired by Louis)

Setiap orang telah di beri 2 anugerah luar biasa : Pikiran & Waktu.
Terserah untuk melakukan apa yang disenangi dengan keduanya.

Dengan setiap Rupiah yang masuk ketanganmu, kamu dan hanya kamu
sendiri yang mempunyai kekuatan untuk memutuskan nasibmu.

Habiskanlah dengan bodoh, maka kamu memilih untuk menjadi miskin.

Habiskanlah untuk liabilitas, maka kamu akan bergabung dengan kelas
menengah.

Investasikanlah dalam pikiranmu dan belajarlah bagaimana mendapatkan
ASET dan kamu akan memilih kebebasan financial sebagai tujuan dan
masa depanmu.

Setiap hari dengan setiap rupiah, kamui memutuskan untuk menjadi
kaya, miskin atau kelas menengah.

BERTINDAKLAH SEKARANG .. !! Karena masa depanmu akan di tentukan oleh
pilihan yang kamu buat sekarang, bukan besok.

Cheers,

Jadilah orang apa adanya, tapi jangan seadanya!

Belajar dari Covey

Bukan berat Beban yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut. (By Stephen Covey)

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini ?"

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. "Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya. "kata Covey. "Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit.Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya.

Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya,maka bebannya akan semakin berat." "Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar & mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. .. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.